Think. Feel. Share. Inspire.

Archive for the ‘Uncategorized’ Category

Ikut Kelas Berbenah Sadis Intermediate

Alhamdulillah sudah memasuki hari ke-4 mengikuti Kelas Berbenah Sadis Intermediate. Mulai menanjak nih roller coasternya.
Sekarang lagi ditantang untuk melaksanakan Proyek Berbenah 20 Hari.
Tujuan saya ikut proyek ini adalah memperbaiki cara saya mengelola uang dan waktu.

Sudah diberi kuota 24 jam sehari, tetapi mengapa tidak maksimal menggunakannya? Tidak hendak membandingkan capaian diri dengan orang lain karena pasti ada banyak faktor yang memengaruhi, mulai dari titik mulai melangkah, adanya privilege, kebiasaan sehari-hari, hingga sistem dan budaya di tempat kerja yang berbeda-beda. Saya hanya ingin diri saya lebih baik dari yang sekarang. Ditambah lagi, setelah membaca siroh nabawiyah, makin terkagum-kagum pada Rasulullah, betapa dalam waktu yang singkat, beliau bisa membuat perubahan yang begitu besar.

Begitu juga dengan uang, betapa cepat ia datang dan pergi. Sudah mencatat pemasukan dan pengeluaran harian melalui aplikasi catatan keuangan, sudah membuat persentase pengeluaran, sudah begini dan begitu, namun masih saja ada kebocoran dan pengeluaran yang tak terduga. Saya merasa, ada yang salah dalam manajemen finansial saya. Beruntung, karena ilmu yang didapat dari #KelasBerbenahSadis Elementary, saya mulai bisa mengontrol perilaku impulsif, hanya mengeluarkan uang untuk kebutuhan dan bukan keinginan, meski belum maksimal sepenuhnya.

Nah, alhamdulillah, setelah lulus KBSE, mendapat reward mengikuti #KelasBerbenahSadisIntermediate.
Sebagaimana halnya dengan berbenah, pastilah segala sesuatu yang dikerjakan dengan ilmu akan memberikan hasil yang optimal, tepat sasaran, dan mencapai target yang ditetapkan. Sunnatullahnya begitu.
Terpenting adalah, jika kita bisa mengenali kekuatan dan kelemahan diri dalam konteks pengelolaan uang dan waktu, kita bisa meningkatkan kompetensi dan memperbaiki kesalahan. Bagaimana caranya? Di kelas #KBSI4 kami dibimbing secara sistematis untuk merancang dan melaksanakan proyek berbenah secara terperinci.
Maka, harapan saya, dengan mengikuti Proyek Berbenah 20 hari, saya bisa lebih bijak dalam mengelola uang dan waktu.

Terlebih, dalam tausiyah dan kajian yang saya ikuti, berulang kali diingatkan, bahwa segala sesuatu yang kita miliki (harta, usia, fisik, potensi diri dll) adalah amanah dari Yang Memberi Kehidupan, yang pasti akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat nanti.

“Tidak akan bergeser dua telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai dia ditanya (dimintai pertanggungjawaban) tentang umurnya kemana dihabiskannya, tentang ilmunya bagaimana dia mengamalkannya, tentang hartanya; dari mana diperolehnya dan ke mana dibelanjakannya, serta tentang tubuhnya untuk apa digunakannya”

#menulisadalahmengingatkandirisendiri

#muhasabah

Lulus KBSE 10

MasyaAllah.
Tak henti-henti mengucap syukur alhamdulillah karena dinyatakan lulus KBSE. Lebay? No. Tidak sama sekali.
Jika Anda mengikuti prosesnya, jatuh bangun berjibaku melawan rasa malas, lelah, bosan, ingin menyerah, bergulat dengan tugas-tugas #KelasBerbenahSadisElementary ditambah tetap menjalani peran ibu bekerja maupun ibu rumah tangga yang menuntut perhatian penuh, Anda akan memahami betapa dalam rasa syukur kami semua karena bisa saling memotivasi sesama peserta untuk bertahan hingga berada di titik ini.

Bisa sampai di penghujung kelas adalah upaya sungguh-sungguh para peserta, tak peduli sesibuk apa, semua berjuang mengalahkan ego masing-masing. Semua berjuang mewujudkan mindset yang sudah dicanangkan kuat-kuat. Semua berusaha menghayati makna hisab, melalui simulasi menghitung semua barang yang dimiliki. Objektif. By data.

Menggetarkan hati, melihat betapa banyak barang yang dimiliki selama ini tanpa memaksimalkan fungsinya, sementara di sekeliling kita masih banyak yang kekurangan.
Memupuk rasa ikhlas, ketika menyerahkan barang-barang yang masih baik kondisinya untuk diberikan pada yang lebih membutuhkan daripada kita.
Mengalahkan diri sendiri, yang dahulu merasa terlalu sibuk sehingga punya berjuta alasan untuk tidak berbenah tuntas. Nyatanya, begitu ‘dipaksa’ mengerjakan tugas, para peserta membuktikan bahwa ternyata mereka bisa berhasil menaklukkan sisi negatif diri, BEYOND THE LIMITS, berkat MINDSET yang tepat.

Terimakasih mbak Rika Subana, mbak Resi Hira Ratu Regina, mbak Nunny Supriyani.
Atas kesabarannya, kedisiplinannya, dedikasinya yang luar biasa.
Kelas ini dibuat dengan serius. Kurikulumnya tersusun dengan teliti dan process-oriented.
Terimakasih telah membantu kami semua bersungguh-sungguh mengerjakan tugas-tugas yang manfaatnya kembali pada diri kami sendiri.

Terharu, dipertemukan banyak orang-orang baik di sekitar saya, yang tak henti berbagi kabar baik, berbagi semangat, berbagi kepedulian, yang merupakan ajaran universal.

Bismillah semoga kita semua ditetapkan dan dikuatkan untuk berdiri tegak dalam barisan orang-orang yang istiqomah mengamalkan ilmunya. Apapun bidangnya.

Much love ❤️❤️❤️❤️
And keep on fire🔥🔥🔥🔥🔥

Mengikhlaskannya…

Sudah 20 hari ikut #KelasBerbenahSadis dan selama itu saya berjibaku menyingkirkan keengganan alias mager gara-gara denial mau membereskan tumpukan barang seantero rumah, dari teras, ruang tamu, sampai dapur.
Barang-barang hadiah pernikahan, kelahiran anak, berkatan, selamatan, yang meskipun sudah berulangkali dihibahkan tapi anehnya masih banyak juga.
Maklum, berbenahnya random sekali, tanpa ilmu.
Ketika mengikuti materi dan menyelesaikan tugas – tugas #KBSE10, takjub sekali melihat betapa banyak barang di rumah baik dari hasil pembelian sendiri maupun pemberian orang lain. Mending kalau dipakai semua, ini hampir sepertiga hanya menjadi pajangan. Aduh kanak.
Nah, di sela-sela berbenah, yang difokuskan pada barang-barang yang usianya sudah lebih dari 1 tahun, mau tidak mau, suka tidak suka, saya menuju 1 spot yang sengaja saya sembunyikan.
Karena terlalu banyak kenangan.
Karena terlalu banyak air mata.
Karena terlalu banyak cerita sedih di baliknya.

Spot itu adalah 1 kontainer plastik berisi baju bayi dan perlengkapan bayi almarhum anak ketiga saya, yang saya beli akhir tahun 2018. Karena meninggal dunia hanya 2 jam setelah lahir, dia tidak pernah memakai pakaian-pakaian itu.
Sebenarnya, beberapa bulan lalu, saat saudara saya melahirkan, saya berikan hampir 2/3 baju-baju dan perlengkapan bayi anak ketiga saya.
Tapi sebagian kecil masih saya simpan sebagai kenangan.
Jika saya sedang berbenah dan membuka kontainer berisi sisa baju-bajunya, saya akan duduk berjam-jam memandanginya, menyentuhnya, melipatnya kembali, berharap akan ada lagi yang hadir di rahim saya dan ketika saatnya tiba, akan menggunakan baju-baju itu.

Membutuhkan waktu lama untuk sembuh dan mengikhlaskan kepergian anak ketiga ini, mungkin karena ini adalah kehilangan yang kedua. Sehingga kenangan tentangnya, barang-barang yang telah saya siapkan untuknya pun sangat terasa emosional.

Saya kuatkan hati saya, saya teguhkan tekad saya untuk kembali membuka plastik pembungkusnya.
Saya sentuh satu-satu, saya pandang dengan mata berkaca-kaca. Rasanya sudah tiba saatnya saya ikhlaskan barang-barang ini untuk pergi, dihibahkan kepada orang yang lebih membutuhkannya.
Saya hubungi teman saya yang memiliki komunitas Anak Berkebutuhan Khusus dengan sindrom Cerebral Palsy (CP) dan kebetulan dia menyampaikan ada tetangga yang sedang hamil tua dan membutuhkan baju-baju bayi. Saya menguatkan hati saya dan menyampaikan kepadanya bahwa saya menitipkan barang-barang bayi ini untuk diberikan.

Saya masukkan ke dalam plastik kemasan lagi dan saya ucapkan terakhir kali ungkapan terimakasih karena sudah menemani saya melewati masa-masa mengalami kepedihan dan duka mendalam karena kepergian anak yang telah dinanti-nanti 9 bulan lamanya.
Setelah barang selesai dipacking, ada semacam perasaan lega luar biasa yang menyeruak. Membuat saya takjub. Betapa ternyata saya bisa menghadapi situasi ini.
Terimakasih mbak Rika. Terimakasih mbak Resi Hira Ratu Regina.
Semoga menjadi tabungan pahala kebaikan bagi kalian berdua, mentor dan asisten mentor #KelasBerbenahSadisElementary, menjadi wasilah kesembuhan hati saya melepaskan diri dari Barang Sentimentil untuk diberikan ke tangan yang tepat.

Berbagi

Alhamdulillah…
Dikirimi gambar ini.
Senangnya melihat salah satu barang yang lebih dari setahun ngendon di lemari, ketika dihibahkan, bermanfaat bagi orang lain.
Rasa hati ikut gembira melihat anak-anak ini bermain 🥰🥰.

Semakin lama semakin lapang, semakin banyak bersyukur.
Hayuk cek-cek barang di rumah, siapa tau nyempil di sebuah tempat, barang-barang yang usianya sudah setahun bahkan bertahun-tahun tapi tidak lagi dipakai, yang insyaAllah lebih bermanfaat di tangan orang lain ❤️❤️

Jadikan rumah kita, ilmu kita, harta kita, pekerjaan kita, sebagai ladang pahala…

Barang berusia satu tahun

Sortir jilid 3.
Barang-barang yang usianya lebih dari 1 tahun.
Barang-barang yang tak pernah dipakai oleh pemiliknya.
Barang-barang yang sangat sentimentil.
Penuh kenangan.
Yang setiap menyentuhnya senantiasa mampu membuat diri termenung berjam-jam.

Ikhlaskan. Lepaskan.
Ia lebih bermanfaat di tangan orang lain yang membutuhkan.

Lahul faatihah.

Ketagihan berbenah gegara KBSE

Hari minggu mamak berfaedah sekali 🤭😆😆
Sortir jilid 2.
Kecemasan dan kegelisahan melihat kurva opitnaintin yang menanjak terus-terusan membuat mamak harus mencari pengalih perhatian yang positif.

Misalnya ini, gara-gara ikut KBS, bawaannya sortir buang simpan. Terus merapikan barang-barang di ‘rumah’nya masing-masing.
Begitu terus wkwkkw.
Alhamdulillah. Rumah semakin lapang. Lega.
Ruang makan yang dulu seperti gudang sudah kembali ke khitthohnya 😆😆😆.
Perkakas pak su yang ndak karuan sudah disimpan per jenis item.

Semakin lama berbenah terasa semakin ringan. Karena barang-barang sudah berkurang dan yang masih ada pun punya ‘rumah’ masing-masing, tidak berpencar ke seluruh penjuru dunia seperti dulu kala hahahaha.
Gampang mau beberes.

Kelas Berbenah Sadis Elementary

Review setelah mengikuti KBSE 10 yang berlangsung sejak 2-27 Juli 2020.

Alhamdulillah, setelah sekitar 2 minggu mengikuti Kelas Berbenah Sadis Elementary Batch 10 ini, perubahan yang dirasakan adalah rumah lebih lapang, ruangan lebih lega, segala sesuatu tertata lebih rapi sesuai kategorinya, bekerja saat WFH lebih nyaman, lebih produktif, hasrat belanja saat ada SALE tidak lagi menggebu-gebu alias tidak lagi impulsif, dan semangat menabung lebih tinggi.

Yang paling saya suka dari kelas ini adalah materi awal yang diberikan mentor.
Bukan berupa tips dan trik membereskan rumah, bukan pula teknik sortir, atau teknik melipat. Bukaaan. Kalau seperti itu sih, gugling aja banyaaakk.
Tapi, materi yang pertama kali diberikan adalah membangun kesadaran peserta. Menelisik keinginan peserta, apa sebenarnya yang mereka harapkan. Apa yang harus mereka lakukan jika menemui kendala dalam mempraktikkan teori yang nanti didapat. Saat lelah melanda, saat hendak menyerah, apa yang harus dilakukan agar kembali tegak berjuang?
Mumbul banget bahasaku wkwkwk, tapi beneran lho ini.
Lalu, kelas ini juga menuntut peserta untuk mengasah kejelian dan ketelitian. Baik saat membaca instruksi yang diberikan, maupun membaca jawaban. Persis tugas UN Bahasa Indonesia wkwkwkw. Bagi saya pribadi, hal ini sangat menarik, sangat bermanfaat untuk melatih kemampuan literasi emak-emak (yang sering sekali menelan informasi mentah mentah lalu syar syer tanpa ditelaah dulu, tanpa dicek sana sini, tanpa memahami betul substansi dari bacaan). Dengan sendirinya, emak-emak peserta terbiasa menahan diri untuk tidak mengomentari segala sesuatu sebelum mencerna topik bahasan dengan baik. Susah lho mengubah kebiasaan ini, yang punya WAG dengan latar belakang anggota yang heterogen can relate 🤭🤭Keren beuddd deh cara mentornya melatih.
Selain itu, deadline yang diberikan dalam setiap pemberian tugas memaksa peserta untuk mengelola waktu dengan baik. Tidak berfokus pada siapa yang paling cepat mengerjakan tugas, tetapi siapa yang tugasnya selesai dan berkualitas, serta sesuai dengan tenggat waktu yang disampaikan. Saya merasa sekolah lagi di sini, hahaha, biasanya ngasih tugas ke murid-murid, sekarang merasakan sendiri jumpalitan menyelesaikan tugas dari mentor.

Jika ditanya, apa yang paling tidak disukai dari kelas ini? Jawaban saya cuma satu, kzl akutuuuu dikasih waktu cuma 3 hari sortir buku, kertas, dan selisih sehari dengan sortir komono yang jumlahnya 17 sub kategori 😖😖😖
Mengeluarkan barang-barang dari tempatnya, lalu menyortir dan menata kembali sesuai tempatnya sih gampang, tetapi yang menantang dan bikin denial adalah menghitung semua barang yang dimiliki. Pinggang sakit, leher pegal, dan badan capek-capek. Tapi di tengah-tengah upaya menyelesaikan tantangan ini, banyak sekali ungkapan, “wow”, “lhukkk”, “ya ampun”, “MasyaAllah”, “Astaghfirullah” yang keluar dari lisan saat menyadari betapa selama ini tinggal di rumah penuh barang, tenggelam dalam lautan luka dalam #ikioposeh ko malah nyanyi 😆😆
Barang-barang pemberian orangtua, mertua, tetangga dan teman saat momen nikahan dan lahiran, maupun hasil beli sendiri, dari kategori pakaian hingga kategori komono ternyata setelah dihitung ada ribuan 🤦🤦🤦 Dan banyak yang masih bagus kondisinya, namun bertahun-tahun tidak dipakai. Iyaa, seyaampun ituuu.
Jadi ini adalah hal yang paling ga disuka dari kelas ini karena bikin capek dan bete sendiri liat barang-barang, tapi sekaligus jadi hal yang berkesan karena pada akhirnya bisa berlatih ‘melepaskan, mengikhlaskan’ barang. Alhamdulillah hasil sortir sementara ini mencapai 2 karung pakaian, 2 kardus buku dan kertas, serta 8 kardus komono. Banyak yang masih dalam kondisi baik sekali, namun karena juaraaang dipakai, sehingga tidak memiliki nilai manfaat bagi penghuni rumah. Dengan mengikhlaskan untuk melepasnya ke orang lain yang membutuhkan, Insya Allah manfaatnya jauh lebih besar daripada sekedar menjadi pajangan lemari, bahkan fosil. ((FOSIL))

Ke depan, saran saya untuk kelas ini adalah memberikan tenggat waktu yang realistis berdasarkan kesibukan peserta, utamanya tugas membereskan komono. 17 sub kategori, MasyaAllah. Saya saja yang berumah tangga baru 9 tahun sudah merasa kewalahan, apalagi peserta lain yang usianya sudah 50 tahun ke atas, mungkin sudah blonyoan ((BLONYOAN)) minyak nyong nyong wkwkwk.

Sungguh, mengikuti #KelasBerbenahSadis bagaikan naik roller coaster. Dengan tugas seabrek dan materi yang diberikan, para peserta dilatih untuk mengelola waktu dengan efektif efisien. Paling penting adalah peserta diajak untuk menghayati konsekuensi atas adanya hisab di padang mahsyar, sesuatu yang dulu pernah kita pelajari, kita dengar saat kajian, namun sering terlupa, sering terabaikan.

Semoga kita semua tetap diberikan kesehatan, dan tetap semangatttt mengamalkan ilmu yang didapatkan.

#KelasBerbenahSadis #KelasBerbenahSadisElementary dan #KBSE10

Belajar melipat ala Konmari

Sebelum kenal metode berbenah ala Konmari, biasanya melipat baju itu model menumpuk ke atas. Tau sendiri ya kalo bocil ambil baju itu sesuka hatinya. Dan ketika dia ambil baju di bagian tengah, berubahlah tumpukan itu menjadi piramida tak beraturan. Tentu, hati ibunda permaisuri yang semula senang melihat baju tertata rapi, berubah panas membara wkwkwk. Terus suara melengking. “Kalau ambil baju itu yang paling atas, biar ndak merusak tumpukannya. Blablabla bliblibli blublublu.” Hilanglah keanggunannya wkwkwk.

Untung dah untung ada solusi. Dilipat dan ditata model begini, baju yang diinginkan mudah diambil tanpa menghancurkan lipatan baju lainnya.

#KelasBerbenahSadis

#KelasBerbenahSadisElementary

#KBSE10

Ikut Kelas Berbenah Sadis Elementary, buat apa sih?

Masa pandemi ini memaksa hampir semua orang untuk lebih banyak berada di rumah.
Termasuk saya, yang terkena kebijakan WFH dan WFO bergantian. Sehingga, otomatis hampir sepanjang hari saat WFH, yang dilihat adalah lingkungan rumah. Teras, ruang tamu, kamar, dapur, toilet, begitu terus. Nah, ketika waktu lebih banyak dihabiskan di rumah, terasa sekali bahwa rumah penuh barang.

Sehingga, mulai beberapa hari yang lalu saya membaca ulang buku-buku tentang berbenah, mulai dari Marie Kondo yang bisa dibaca di iPusnas sampai bukunya mb Nikmah. Sudah beberapa hari juga mempraktikkan ‘pilih satu kategori barang yang hendak ditata (bukan ruangan ya) lalu sortir, pilah pilih’.

Pilihan pertama saya adalah baju. Baru kelihatan kalau punya beberapa hijab yang warnanya sama, baju yang ukurannya sudah tak muat lagi tapi masih disimpan karena berharap kembali ke ukuran itu wkwkwkwk.
Beralih ke lemari buku, karena saya suka sekali membaca dan juga seorang pengajar, maka bisa dibayangkan ada banyak sekali buku di rumah dengan berbagai tema. Setelah ditata ulang, banyak dokumen yang sebenarnya sudah outdated tetapi masih disimpan. Sudah banyak yang dibuang dan didonasikan, tetapi masih banyak saja yang menumpuk.
Belum lagi perlengkapan dapur, rak mainan anak, rak sepatu, perkakas suami. Rasanya pening melihat tumpukan barang-barang.

Lalu, tak sengaja saya membaca status beberapa teman yang merupakan testimoni pribadi setelah mengikuti #KelasBerbenahSadis. Saya tertarik mengikuti kelasnya. Kenapa sampai ikut kelas khusus ‘hanya’ untuk berbenah?
Karena segala sesuatu ada ilmunya.
Tujuan saya berbenah rumah tidak sekedar untuk menata barang, tetapi juga mengubah mindset dan melatih diri untuk tidak impulsif, penuh pertimbangan dalam memilah mana keinginan mana kebutuhan.
Semoga ilmu yang didapatkan dari kelas ini bermanfaat.

#KelasBerbenahSadisElementary

#KBSE10